Dihirupnya udara pagi yang menitikkan setetes embun segar. "Apa rencana ku hari ini", fikirnya. Tanpa tau apa rancangan nya hari ini, ia mulai mengeluarkan sebatang rokok yang menemani pagi nya. Seperti biasa, pagi ini ia duduk dimeja kerjanya sambil membuka email baru dari teman-teman nya. Satu hal mengejutkan nya dipagi itu, sebuah email dari adiknya. Perlahan ia mencerna isi email tersebut, berhenti pada akhir tiap-tiap paraghraph, membaca ulang dan kemudian menarik nafas panjang. Kenapa ia harus membaca email seperti ini dipagi hari. Sebatang lagi rokok menggantung dijari mungilnya. Ia harus pulang. Hal yang paling ditakutkan nya terjadi.. akhirnya..
Dibandara,
wanita itu dengan kaki bergetar tidak sabar menunggu keberangkatan pesawatnya. Semua ia tinggalkan. Ia tidak tau kepada siapa ia bisa meluahkan kepenatan yang bersarang di dada nya. Selama ini ia bisa melewati semua nya sendiri, tapi kali ini terlalu berat, terlalu pahit. Paggilan di speaker menandakan bahwa pesawat yang ia tumpangi siap berangkat. Dengan tergesa-gesa ia manaiki pesawat, ia tau itu tidak ada gunanya, tapi ia terlalu panik untuk bersikap tenang.
Pesawat tiba di tujuan nya.
Sesaat ia menikmati nuansa baru ditanah kelahirannya. Aroma itu, desiran angin, semua masih sama seperti saat ia tinggalkan dulu. Ia kembali tersadar lalu bergegas meninggalkan bandara. Mencari adiknya yang telah menunggu nya diluar pintu. Mereka melepas rindu yang telah bertahun-tahun tersekat oleh jarak yang tidak bisa mereka tepiskan.
(bersambung)
0 comments:
Post a Comment